Selamat Datang di Blog Dusun Pulau Sayat Desa Suka Maju Kecematan Putussibau Selatan Kabupaten Kapuas Hulu
Alhamdulillahirrabil’alamin puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayat-Nya kepada kita semua, shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafaatnya di hari akhirat nanti. Alhamdulillah kami telah menyelesaikan KKL PAR Tahun 2011 yang dilaksanakan selama 2 bulan di Dusun Pulau Sayat Desa Suka Maju Kecamatan Putussibau Selatan Kabupaten Kapuas Hulu.

Dengan semakin berkembangnya media teknologi dalam hal ini kami berinisiatif membuat blog yang berkaitan dengan Dusun Pulau Sayat ataupun kegiatan-kegiatan kami selama berKKL di sana. Kami berharap BLOG ini dapat memberikan kenangan-kenangan buat masyarakat lebih khusus buat Dusun Pulau Sayat Desa Suka Maju umumnya buat Kabupaten Kapuas Hulu sebagai media informasi tambahan dan silaturahmi yang dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya. amin…..

Salam

Member of Group 3

Asal Mula Pulau Sayat

Pulau Sayat berdiri pada tahun 1971. Pada mulanya kampung ini hanya tempat singgah orang-orang yang mencari pekerjaan di hutan. Pada tahun tersebut ada 7 orang yang pertama kali datang mendirikan pondok (tempat tinggal) di tanah Pulau Sayat ini, yaitu: Sahadi, M. Tahar, Ustadz Daud, Anwar, Kasim, Sahwi, Ustadz Basri. Semuanya berasal dari Kecamatan Tepuai. (wawancara M. Tahar “Pulau Sayat” pada 18 Mei 2011)
Berhubung tanah yang di tempati tersebut merupakan milik Suku Dayak Pukat dan Dayak Taman, maka usaha yang dilakukan agar tidak terjadi permasalahan adalah dengan dilakukannya pembelian. Hal ini terjadi pada tahun 1975. Sampai tahun 1990. Setelah dilakukannya pembelian tanah tersebut, status kependudukannya masih tergabung dengan Dusun Pulau Lunsara (sekarang Lunsara) berhubung belum ada izin dari kepala kampung/pimpinan orang Dayak Taman. Usaha untuk menjadikan Pulau Sayat berdiri sendiri menjadi kampung dilakukan sejak tahun 1980.

Pada tahun 1990, dilakukan musyawarah perluasan kampung Islam antara perintis Pulau Sayat (Sahadi, M. Tahar, Ustadz Basri) dengan Kepala Desa Lunsara Bapak Adus Samad (Paman Kepala Desa sekarang) dan Bapak Busang (ipar Adus Samad). Musyawarah tersebut menghasilkan keputusan perluasan wilayah Islam yakni dengan melakukan pembelian tanah di wilayah Pulau Sayat.
Adapun tanah yang dibeli adalah tanah pinggiran sungai kapuas milik orang Taman. Tanah seluas 3 hektar milik Pak Delang, Pak Ego, dan Pak Ajan, dibayar dengan seekor sapi untuk Pak Delang, 250 gantang padi kepada Pak Ego dan 60 gantang padi serta 1 pucuk senjata api kepada Pak Ajan. Pada saat itu pimpinan Suku Taman adalah Pak Lunsa. Setelah dilakukannya pembayaran, maka status tanah tersebut berkedudukan sebagai wilayah Desa Lunsara.
Pada tahun 1990 juga dilakukan usaha untuk menjadikan sebuah kampung oleh Sahadi dan kawan-kawan selaku perintis utama. Salah satu usaha yang dilakukan adalah dengan bermusyawarah dengan Kepala Desa Lunsara (Sekarang Dusun Lunsara). Melalui musyawarah tersebut, kepala kampung memberikan izin pendirian kampung Pulau Sayat dengan syarat didirikannya sebuah masjid sebagai simbol.
Kemudian ditahun itu juga dibangunlah sebuah Masjid serta pengurusnya yang bernama Masjid Al-Musta’illin. Adapun yang menjadi pengurus pada saat itu Pak Adus Samad (ketua), Sahadi (sekretaris), M. Tahar (bendahara), dan Ustadz Basri (stap). Kepengurusan tersebut berlangsung selama 1 tahun (1990-1991).
Berdirinya Masjid Al-Musta’illin merupakan syarat dari Kepala Kampung Lunsara (Adus Samad), mengawali berdirinya kampung Pulau Sayat bagian dari Desa Lunsara. Pada saat itu terdapat 6 rumah. Dan nama Pulau Sayat ini diambil dari terdapat beberapa pulau di sungai kapuas yang mana pulau tersebut seperti disayat-sayat.
Selengkapnya...

Malam Api Unggun

lingkaran lilin
2 hari sebelum angkat kaki dari sayat island yaitu tanggal 10 Juli 2011, kami dari member group 3 berinisitif mengadakan acara bakar kayu (red.api unggun). Kayu dikumpulkan bersama- sama masyarakat 1 hari sebelumnya. Pagi harinya rekan mahasiswa ppl khusus yang cewek dengan masyarakat menyiapkan konsumsi untuk kegiatan malamnya. Konsumsi yang dibuat adalah bubur ayam santan bertempat di rumah pak kades. Malam pun tiba, ba’da mahgrib kami menginformasikan kepada masyarakat bahwa nanti malam akan diadakan malam api unggun “ungkap salah satu mahasiswa kkl”. Lalu setelah shalat isya berjamaah di masjid, kami siap-siap untuk kegiatan malam api unggun itu. Dengan memakai pakaian seperti biasa tidak formal, kami langsung ke lokasi kegiatan yaitu di lapangan bola yang tidak jauh dari posko kami. Koordinator kelompok dengan almamater kkl nya, maklum kan sejuk kali....
pak kades menyalakan kayu api unggun

Suasana malam cahaya bulan cerah. Ada yang unik dalam malam itu, kami meminta pada masyarakat untuk memegang lilin yang dipotong dua yang sudah dipersiapkan sebelumnya, untuk menerangi lingkaran kayu api unggun sekaligus pembatas untuk masyarakat yang hadir. Sebelum acara dimulai lilin itu kami hidupkan sehingga kelihatan menarik. Acara pun dimulai diawali dengan membaca basmalah yang dipandu oleh aa’. Selanjutanya kata sambutan oleh steo selaku koordintor kkl. Setelah itu kata sambutan dari pak kades suka maju oleh pak muklis sekaligus menyalakan kayu api unggun. Kayu pun disiram dengan bensin oleh ridhl’o, dan juga pak kades yang didampingi oleh sarpini. Sebelum menyalakannya kayu api unggun pak kades awali dengan shalawat. Beberapa menit kemudian suasana menjadi terang sehingga terlihat masyarakat yang hadir saat itu. Masyarakat yang hadir tidak hanya dari sayat island tapi ada juga dari kampung sebelah, seperti ulun sara dan urang unsa.

penyampaian pesan dan kesan
Setelah penyalaan api unggun, acara selanjutnya adalah kami meminta masyarakat untuk menyampaikan pesan, kesan, kritikan ataupun lainnya yang ditujukan kepada mahasiswa kkl. kesan diawali oleh pejabat kampung yang sampaikan pak kades, pak kadus dan pak RT. intinya adalah beliau merasa bangga akan kedatangan kami di sana. Setelah para pejabat kampung itu, aa’ meminta masyarakat lainya untuk bisa mengungkapkan kritik sarannya kepada kami. Beberapa kali-kali aa’ meminta tapi belum ada yang mau alias masih malu-malu. Akhirnya ada juga yang mau, seperti bu ketua permata, beliau mengungkapkan rasa kecewanya alias marah karena ia terpilih sebagai ketua permata sayat island, sorak tawa kami semua....sahut kami, “kan yang milih ibu-ibunya”. He..., kemudian anak TPQ juga menyampaikan pesan dan kesannya kepada kami, “terima kasih ya bang dan kakak telah mengajari kami belajar ngaji, doa, shalat,....” ucap mereka.
Akhirnya beberapa rangkaian sudah terlaksana, kemudian kami menuju rumah pak kader untuk menikmati hindangan malam yang sudah dipersiapkan.

Selengkapnya...

MUKAT SAMBIL CARI ROMPAI

Tempat : Sungai Kapuas
Hari/Tanggal : 7 Juli 2011
Anggota : Tam Jamal, Pak Jayadi, Sarpini, Elita, Devi, Adha
Waktu : Sore - Malam


Halo teman-teman… Namaku Sarpini. Saya sengaja menyunting sedikit tulisan disini untuk dapat berbagi dengan kawan-kawan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) terutama anggota kelompok tiga dan tentunya untuk warga dusun Pulau Sayat, yang mungkin kebetulan membaca tulisan ini. Dalam tulisan ini, saya akan berbagi cerita sewaktu kami berada di dusun Pulau Sayat. Cerita tentang kegiatan saya dan teman-teman, yaitu MUKAT.
Iya MUKAT…. Tau kan kawan-kawan apa itu mukat?? Itu lho sebutan untuk orang yang mencari Ikan. Sekarang sudah tau kan…???
Hari kamis, tanggal 7 Bulan 7 tahun 2007, eh salah yang benar tahun 2011 rupanya. Hee… betungak… Sore itu saya dan pak Tam Jamal berencana buat mencari sayur di kebunnya. Karena tujuannya hanya mencari sayur, jadi teman-teman yang cewek juga ada yang ingin ikut. Kebetulan yang ikut sore itu ada Elita, Devy dan Adha alias Mak Jah. Heee… (Ingat dengan film Pondok Buruk). Karena ada cewek yang ikut, jadi pak Tam berencana membawa pukat (sejenis jaring untuk menangkap ikan)
Pukul 15.30 kami berangkat dan sampai di kebun tam Jamal di seberang sungai Kapuas. Kami langsung mencari sayur mayur, seperti daun ubi, tomat, cabe rawit, kangkung, bahkan buah ubi pak Tam juga kami bantai. Setelah selesai mencari sayur, kami melanjutkan untuk mencari ikan menggunakan pukat yang telah kami persiapkan sebelumnya.
Pada ronde pertama, saya yang duluan membawa pukat. Setelah pukat dihanyutkan dan sambil menunggu ikan kena, mereka cewek dan tam Jamal kemudian menyusul saya yang sedang berjuang mencari ikan. Setelah pukat diangkat, ikan yang didapatpun sangat sedikit. Yach bisa bilang tidak ada, soalnya yang menempuh jaring hanya dua ekor magang. Jadi kami tetap memutuskan untuk tetap mukat.

Tidak terasa hari sudah sore, mungkin sekitar jam 17.00 tam Jamal mengatakan kepada kami apakah ingin pulang atau tetap lanjut mukat sampai malam?? Setelah kawan-kawan cewek sepakat, mereka juga ingin mukat sampai malam, walaupun waktu itu satu alat peneranganpun tidak ada yang kami bawa.

Sore itu, tepatnya di karangan di hilir kampong, kami bertemu dengan pak Jay, yang kebetulan adalah bapak angkat saya. Jadi beliau juga ikut gabung mukat bersama dengan kami. Walaupun malam itu tidak ada satupun alat penerangan, kami tetap nekat untuk tetap mukat. Tapi Alhamdulillah, malam itu bulan cukup terang. Jadi ikan yang didapat juga kelihatan.
Banyak kejadian aneh pada malam itu, secara tidak sengaja saya melihat ke langit seolah ada sinar cahaya yang sangat terang. Sekilas seperti ada tabrakan di atas sana. Kejadian itu berulang sampai dua kali. Rupanya bukan hanya saya saja yang melihat hal aneh tersebut, rupanya Elita juga melihat hal yang sama. Lama kami memandang ke langit, keheranan dan mengamati, benda apakah gerangan yang telah memancarkan sinar cahanya? Rupanya Adha dan Devy tidak menyadari benda itu. Hanya kami berdua magang meh yang tahu. Kamek pun nisek nyarok ugak dengan benda itu.
Oh ya, tidak lama setelah azan maghrib, kami melihat benda bercahaya redup terbang tepat di atas kami. Mereka mengira benda itu adalah meteor yang jatuh. Ditegurkan oleh sidak, “Iii… Ade meteor jatuh…” sekilas saya memandang ke atas dan menyuruh mereka diam sejenak, dan mengatakan “Benda tu bukan meteor, ibarat kata kamek tu Pulong, yach sejenis tenun gitulah”. rupanya benda itu memanglah Tenun. “kok masih ada yach benda semacam itu di zaman yang sudah modern gini” kata Lita. “Yach namanya juga di Kampung Bu” Jawab ku santai.

Sebenarnya kami lupa bahwa malam itu adalah malam jumat. Kami juga baru ingat kalau malam jumat itu kami ada pengajian di rumah pak Panji dan rumah Nenek, mertuanya pak Kades. Tapi jam sudah menunjukkan pukul 20.00 lewat, kalau mau pulang sekarang juga tidak akan sempat untuk menghadiri acara yasinan itu.
Tapi Alhamdulillah malam itu kami lumayan banyak dapat ikan. Ya…. Dihitung-hitung cukuplah buat kami makan orang sepuluh. Hehehee…
Pukul 21.00 kami pulang ke pulang. Rupanya sudah ada yang menegur kami dari tadi, yaitu kampung tengah yang susah sekali diajak komproni. Rupanya semua teman-teman sudah pada kelaparan. Hahaa… naseb lah… bahkan pak Tam Jamal sendiri juga sudah kelaparan. Hheee…
Sampai di kampung kami langsung pulang ke posko. Buka panci, buka tutup saji, tidak ada sayur atau lauk yang tersisa. Untung juga nasi sudah di masak dari awal. Ya terpaksa deh masak sayur lagi. Tempuyak dan Lalap daun ubi menjadi santapan kami malam itu. Makanan favorit nech kataku dalam hati. Karena kebetulan malam itu tam Jamal juga ingin makan di posko. Jadi kami berlima makan sama-sama. Setelah makan selesai, kami berempat kemudian mandi di sungai Kapuas. Hilang sudah letih kalau dibawa mandi. Biarpun mandinya malam-malam, tapi asyik juga tuch, takut juga hilang karena kami banyak betungak. Heeee… sekian dulu yach cerita tentang mukat ne, walaupun tidak membawa bekal apa-apa, tapi nanti insya Allah cerita yang lainnya akan menyusul. Sekian…. Bye… Bye… di tunggu ya tulisan yang lain. Tq…

Selengkapnya...

Sosialisasi Member Group 3

Tempat : Balai Pertemuan Dusun
Hari/tanggal : 20 Mei 2011
Waktu : 14.00 – 15.30

Suasana siang sinar matahari begitu menyengat, selepas shalat jum’at pak Kadus mengumumkan kepada masyarakat dusun pulau sayat dengan mic masjid, bahwa akan diadakan pertemuan dengan mahasiswa KKL STAIN Pontianak. Kami menuju balai pertemuan dengan menggunakan seragam KKL PAR 2011. Sesampai di balai sudah hadir beberapa ibu-ibu dengan mengendong bayinya, sedangkan pak Kadus dan rekannya menyiapkan mic dengan daya listrik aki yang dipinjam punya masjid. Pertemuan yang dijadwalkan agak molor, kelihatan agak jauh dari balai pertemuan itu bapak-bapak, ibu-ibu bahkan anak-anak menuju lokasi pertemuan kami. Dua meja merah panjang sudah dengan kursi warna hijau di tata di depan ruangan, kami dipersilahkan duduk di tempat itu saling berhadapan dengan rekan KKL laki dan Perempuan.

Pertemuan sosialisasi kami mulai yang dipandu oleh Sarpini sebagai moderator, yang di awali dengan melafadzkan basmalah. Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan ayat al-Qur’an oleh Fathul Anam. “Acara selanjutnya yaitu kata sambutan-sambutan yang pertama oleh koordinator KKL PAR STAIN Pontianak kelompok 3 oleh Steofandi Fizari, kepadanya kami persilahkan”, ucap Sarpini. Inti sari sambutan yang disampaikan oleh Koordinator kelompok tersebut adalah berharap kegiatan KKL ini dapat berjalan lancar dengan dukungan masyarakat sekitar khususnya Dusun Pulau Sayat. Kata sambutan yang kedua oleh Kepala Dusun Pulau Sayat yaitu Bapak Abdul Majid, beliau menyatakan “sangat bangga akan kehadiran anak-anak KKL ini semoga bermanfaat buat kami”.
Pada saat sosialisasi kelompok 3 ternyata bersamaan dengan kelompok di Ulun Sara. Sehingga Bapak Kades terlebih dahulu menghadiri di sana. Acara pun di tutup dengan doa yang di bacakan oleh Ridlo’i. setelah pembacaan doa, moderator memberikan sesi tanya jawab kepada masyarakat. Selang beberapa menit majulah salah seorang guru di dusun tersebut bernama Bapak Hendri, beliau ini berasal dari Pontianak yang melamar pekerjaan di Kapuas Hulu. “ kami sangat mengharapkan bantuan Mahasiswa KKL untuk membantu mengajar di SDN kami”, ucap Bapak Hendri. Kami pun langsung menanggapi pertanyaannya. Hampir mau menutup acara, Bapak Kades hadir dalam pertemuan kami, beliau memberikan pengarahan kepada masyarakat agar berpartisipasi dan mendukung segala aktivitas ataupun kegiatan anak KKL itu. Akhirnya pertemuan tersebut ditutup dengann melafadzkan hamdalah (alhamdulilahirabbil alamin)
Selengkapnya...

Journey to Sayat Island

Setelah menempuh perjalanan 2 hari 2 malam akhirnya kami sampai juga di lokasi KKL PAR 2011 khusus daerah hulu kapuas yaitu Dusun Pulau Sayat dan Ulun Sara. Terlebih dahulu kami singgahi adalah dari kelompok 4 di Ulun Sara. Berhenti sejenak melepas lelah setelah menempuh perjalanan dari kedamin ke Desa Suka Maju sekitar lebih kurang 2 jam, dengan cuaca yang cerah dan sinar matahari yang menyengat, kemudian kami kelompok 3 harus kembali ke lokasi yang sudah kami lewati tadi yaitu Dusun Pulau Sayat jarak antar 2 dusun tersebut tidak terlalu jauh pada saat itu kami menggunakan kendaaran air. Sekitar pukul 14.00 wib kami sampai di lokasi, ketika pertama melihat lokasi tersebut aktivitas masyarakat kelihatan sepi, pak kades pun mengantar dosen pembimbing dan sebagian kelompok 3 untuk melihat posko yang akan kami ditempati, posko tersebut berhadapan dengan rumah pak kades.
Tidak lama kemudian posko kelompok 3 sudah ditentukan yaitu di rumah kek jufri. Saat itu yang ada di rumah ada nenek dan anaknya sedangkan ke jufri dan menantunya pergi ke hulu kapuas sedang mencari emas. Kami di sambut dengan minuman es leci dapat sedikit menyegarkan tubuh kami. Perkenalan pun dimulai oleh dosen pembimbing kami yaitu pak Arif. Beberapa menit kemudian, hidangan alakadarnya indomie buat dosen pembimbing sekalian brifing buat kami kelompok 3 dan panitia sebab mereka harus pulang ke Pontianak. Panitia pun pamitan dengan tuan rumah sebelumnya fotografer siap mengambil momen kenangan foto bersama di depan rumah tersebut.
Malam harinya, suasana rumah di dusun tersebut mayoritas gelap gulita walaupun sebagian dapat dihitung dengan jari rumah yang ada sinar lampu, maklumlah PLN belum ada. Jadi masyarakat pun usaha sendiri. Setelah shalat maghrib berjamaah di Masjid al-Musta’illin kami bersilaturrahim ke rumah pak kades. Bu kadespun menyuguhkan kami air teh, yang hadir di rumah pak kades adalah ada Guru Agama SD pulau sayat, dan dua masyarakat yang juga mampir nonton di sana. Jadi setiap rumah masyarakat yang menyalakan genset, rumah tersebut menjadi ajang tempat bioskop alias mampir nonton. Lagi asyik ngobrol-ngobrol suara adzan isya berkumandang pembicaraan kamipun diakhiri. Ketika pamitan pak kades memberikan kelambu buat kami sebanyak 4 buah. Setelah shalat isya kami langsung pulang ke posko, di sana sudah tersedia tikar dari rotan dan bantal. Alhamdulillah kalau masalah tidur tidak menjadi masalah, he…..
Selengkapnya...